Popular Posts

Powered by Blogger.

Translate to My Language

Blog Archive

ALEXA

Candi Muara Jambi. Tahukah Anda ?

Tidak banyak yang tahu tentang keberadaan Candi Muara Jambi. Entah karena literatur yang kurang lengkap, atau minimnya penyebaran ilmu pengetahuan sejarah di negeri ini. “Bayangkan, Candi Muara Jambi hampir dipastikan luput dari materi mata pelajaran sejarah siswa sekolah dasar hingga mahasiswa yang kuliah di jurusan Arkeologi,” kata Agus Widiatmoko, dosen Arkeolog di Universitas Batanghari Jambi.

“Banyak pula masyarakat yang keliru melafalkan nama candi,” tambahnya sambil mengitari candi.

Kawasan Candi Muara Jambi terletak kurang lebih 40 kilometer dari Kota Jambi atau sekitar 45 menit perjalanan dari pusat Kota Jambi. Candi tepatnya berlokasi di Desa Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi. Namun karena luas bangunan yang mencapai 2.600 hektare, kawasan ini diapit oleh tujuh desa penyangga.

Kompleks Candi Muara Jambi adalah peninggalan Kerajaan Melayu Kuno dan satu-satunya peninggalan masa Hindu-Buddha di abad 7 hingga 13 Masehi. Juga sekaligus kawasan percandian Buddha terluas di Indonesia.


Sumber tertulis dari Dinasti Tang di China menunjukkan perjalanan seorang pendeta Buddha bernama I-Tsing pada 672 Masehi memaparkan Swarnadwipa, sebutan Pulau emas bagi Sumatra, memiliki hubungan erat dan tidak bisa dipisahkan dengan Nalanda, India, yaitu salah satu Universitas Buddha tertua di dunia.

Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan kompleks Percandian Muara Jambi, yang dikelilingi reruntuhan bangunan, parit, kanal–kanal, hingga pemukiman masyarakat kuno yang membentang dari timur ke barat.

“Para ahli menafsirkan, kawasan ini sempat menjadi pusat ritual dan kajian Buddhism selama kurang lebih 600 tahun lamanya,” papar Agus.

Kala itu, umat Buddha yang berasal dari berbagai negara, tidak hanya mempelajari agama Buddha saja, melainkan mengenyam lima aspek pembelajaran yang tergabung dalam Panca Widya, yakni ilmu arsitektur, kesusastraan, filosofi Buddhisme, pengobatan, dan sosial budaya.

Menginjakkan kaki di areal percandian, mata langsung tertuju pada hamparan rerumputan hijau. Tampak berdiri kokoh satu bangunan candi lengkap dengan arca makara di pintu gerbang. Ada menapo atau reruntuhan candi dan pagar atau gapura yang mengelilinginya. Candi yang memiliki pelataran yang cukup luas tersebut bernama Candi Gumpung.

Total ada sekitar 82 reruntuhan bangunan kuno, delapan di antaranya telah dipugar oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi. Tak banyak juga yang tahu Candi Muaro Jambi tidak seperti Candi Borobudur di Jawa Tengah. Bahan baku material pembuatan candi ini terbuat dari batu bata merah. Candi ini terbuka untuk umum, karena dikembangkan sebagai aset pariwisata Provinsi Jambi. Namun fungsinya tetap sebagai tempat ritual peribadatan agama Buddha.

Sumber : dikutip dari http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/05/07/90464/Luputnya-Candi-Muara-Jambi/11
< >
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

Get Update Article on FacebookX

Find Us on Facebook

Get Update Article on Google+X

Follow Us on Google+